hanya ingin berbagi ilmu..agar kita lebih dekat dengan Dzat Yang Maha Perkasa melalui mushaf suciNya.. semoga bermanfa'at ! aamiin :)

D.M. Makhyaruddin atau biasa disapa Kang Deden lahir di Cianjur pada Juli 1986. Ia adalah hamba Allah yang berhasil menghafal Al-Qur’an dengan tempo yang sangat cepat yakni 56 hari. Ia juga putra Indonesia pertama yang meraih juara satu Musabaqoh Al-Qur’an Internasional kategori bergengsi, yaitu tahfidz 30 juz dan tafsirnya dengan bahasa arab tahun 2011, di Casablanca , Maroko. Sebelumnya ia meraih juara satu Musabaqoh Tafsir Bahasa Arab  pada MTQ  tahun 2008 di provinsi Banten, dan juara satu Tafsir Bahasa Indonesia tingkat Nasional MTQ tahun 2010 di Bengkulu.

Awalnya Kang Deden tidak mempunyai hasrat untuk menghafal kalam Allah yang mulia itu. Namun semenjak Mang Haji Basyir yakni pamannya yang sekaligus gurunya itu bercerita tentang keajaiban Al-Qur’an yang begitu mudah dihafal dan kehebatan para hafidz yang menakjubkan. Hati Kang Deden tergetar untuk menghafal Al-qur’an. Namun, azam itu terhalang oleh keraguannya. setiap kali membuka mushaf, ia selalu ragu. Mampukah ia mengkhatamkan kemudian menjaga Al-qur’an dengan baik. Lalu, pamannya berusaha meyakinkan bahwa InsyaAllah ia akan mampu menyelesaikannya dengan baik karena sudah bepengalaman menghafal kitab-kitab karangan para ulama’.

Memang, sewaktu kecil sebelum baligh yakin sebelum berumur 15 tahun, Kang Deden pernah berhasil mengkhatamkan hafalan kitab Alfiyah dalam waktu empat puluh hari, kitab Sullam Munauraq dalam waktu satu hari, kitab Jauhar Maknun dalam wak dua hari, kitab Nazhm Al-Maqshud (yaqulu) dalam waktu satu malam, Imrithi dalam waktu satu hari dan Matan Jam’u Al-Jawami’ Fi Ushul Al-Fiqh dalam waktu tujuh hari. Bahkan ia pernah menghafal lima bait Al-zubad dalam satu menit. Apabila disatu jilidkan sudah setebal mushaf Al-qur’an, bahkan lebih. Akhirnya ia pun semakin yakin akan bisa hafal Al-qur’an dengan baik meski tidak akan secepat menghafal kitab. tanpa menunggu waktu, siang itu ia langsung memulai membuka mushaf dengan penuh harap serta niat dan tekat yang kuat. 

Subhanallah, setiap kali ia membuka mushaf ia merasa seperti ada cahaya yang sangat terang, dia dapat membaca dan menghafal tanpa ada sedikitpun kesalahan. Ia menyusun jadwal menghafal Al-qur’an dengan serapi mungkin sehingga ia dapat istiqomah dan konsisten. Ia sanggup menghafal setengah juz sehari dan memilih setoran kepada pamannya sendiri yakni Mang Haji Basyir. Hari demi hari berlalu, ujian dan cobaan yang datang silih berganti berhasil ia lalui, rasa malas dan ragu pun telah berhasil diusir. Menginjak hari ke-56, keponakan Mang Haji Basyir itu mampu menghafal 2 juz terakhir yaitu juz 29 dan 30, alias khatam. Air mata meleleh pelan dari matanya yang sembap seolah mengucapkan selamat. Tiada ungkapan ketika itu selain syukur. Matahari Dhuha menjadi saksi, dedauna dan ranting pepohonan seolah mengalungkan bunga padanya. Kang Deden bersujud.

Kang Deden merasa bahwa hari dimana ia berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an itu adalah seperti hari kepulangan dari perang badar. Suatu kemenangan yang tidak dapat diukur dengan apapun di dunia. Tetapi ia harus menganggap bahwa jihadnya dalam menghafal Al-qur’an selama 56 hari itu adalah jihad kecil. Jihad yang besar telah menantinya didepan sana, yaitu jihadmenjaga hafalan dalam hati sampai ajal menjemput.

Nikmat kecerdasan yang telah Allah berikan kepadanya tak sedikitpun membuat hatinya ternodai rasa sombong. Karena baginya diberikan kemampuan cepat menghafal itu tidak hebat, tetapi yang hebat yaitu orang yang diberikan kemampuan untuk terus menjaga hafalannya dengan istiqomah dan mengamalkannya dengan baik sehingga Al-Qur’an itu melekat kuat dalam hatinya dan mampu berakhlaq dengan akhlaq Al-qur’an.


Sumber: buku “Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur’an” karya D.M Makhyaruddin

3 komentar:

izinkan hera mengikuti jejaknya yaAllaaaahh :) aamiinin busaal !

aamiin...:)

Aamiin

Posting Komentar

ta'aruf yuk!